Saat Anak Mulai Memberi Penilaian Kepada Orang Tua

Saat Anak Mulai Memberi Penilaian Kepada Orang Tua- Memiliki anak yang mulai tumbuh dewasa tentu menyenangkan. Tak terkecuali dengan anakku. Meskipun belum bisa dikatakan dewasa, bocah yang beberapa tahun lalu masih sering menangis ketika ditinggal bunda, sekarang sudah berani di rumah sendiri dan sudah bisa mengutarakan pendapatnya kepada kami, ayah bundanya. 

Usianya secara fisik masih 8 tahun. Tapi Dia lebih matang dari anak seusianya. Kami sudah bisa berdiskusi tema cukup berat dengannya. Dia sudah bisa memberi penilaian kepada kami, orang tuanya.

Suatu hari aku bingung memilih kerudung yang akan aku pakai di sebuah acara. Si sulung, memperhatikanku yang sibuk memakai Kerudung secara bergantian di depan cermin, Dia akhirnya Mendekatiku dan mengatakan “ bunda lebih cocok memakai kerudung yang kuning."

Penilaian si sulung tidak hanya sebatas penampilanku saja. Dia bisa memberikan pujian yang tulus saat merasakan kue buatanku cocok dengan selera lidahnya. Pujian - pujian spontan yang membuatku kadang salah tingkah. 

Respon yang tepat untuk penilaian positifnya kepadaku tentu saya adalah ucapan terima kasih. Artinya Dia sudah berusaha menyampaikan apa yang dilihat dan dirasakan. Dia sudah peka mengamati apa yang ada di sekitarnya, 

Tidak sekadar ucapan terima, biasanya aku akan memberikan pelukan dan kecupan di keningnya sebagai bentuk apresiasi atas perhatiannya kepadaku. Biasanya Dia akan reflek memelukku erat dan mengucapkan betapa Dia sayang bunda. 

Penilaian anakku tidak hanya seputar hal positif saja. beberapa kali dia memberanikan dirri mengkritik ayah dan bundanya. Dia memberi penilaian negatif berdasarkan apa yang dia lihat atau rasakannya juga. Begitulah anak-anak yang selalu jujur dengan apa yang dirasakan. 

Ketika menerima penilaian negatif dari anak, hal pertama yang aku lakukan adalah tidak menyangkal. Segera mengevaluasi diri dan meminta maaf kepadanya karena belum bisa menjadi teladan yang baik untuknya. Pengakuan tersebut sebagai bentuk keterbukaan antara anak dan orang tua. Bahwa anak bisa memberi penilaiian kepada orang tua dan memberi masukan bila diperlukan.

Memang tidak mudah menerima sebuah kritikan dari anak. Tidak semua orang tua bisa melakukan itu. Apalagi orang tua zaman dulu yang terkenal dengan otoritasnya. Orang tua anti kritik. Tapi orang tua zaman sekarang sudah banyak yang merubah pola pikirnya. Termasuk aku dan suami. 

Bahwa keberadaannya bisa juga menjadi partner bagi anak. Bahkan, ada anak yang merasa orang tuanya adalah sahabat terbaiknya. Karena pola komunikasi yang terbangun sangat bagus. Aku dan suami juga berusaha menjadi sahabat bagi si sulung. 

Kita, orang dewasa, cenderung lebih mudah menerima penilaian positif orang lain dari pada penilaian negatif. Apalagi jika yang memberi penilaian adalah anak sendiri. Kadang susah mengakui sebuah kesalahan karena gengsi. Hal itu membuat anak enggan untuk terbuka menyampaikan penilaiannya. 

Sikap kita saat menerima penilaian positif maupun penilaian negatif dari anak akan meempengaruhi si anak bagaimana saat Dia menerima penilaian dari orang lain di luar sana. Reaksi kita yang berlebihan ketika mendapat penilaian negatif dari anak akan dicontoh olehnya ketika mendapatkaan perlakuan serupa. 

Begitu juga saat menerima penilaian positif. Ketika kita terlena dengan pujian anak, maka anak akan melakukan hal yang sama di luar sana. Tetap mengendalikan diri saat mendapat penilaian positif dari anak akan membuat Dia melakukan hal serupa. Tidak terlalu silau dengan pujian dan tidak terlalu terluka dengan kritikan.      

No comments

Post a Comment