SOLO TRAVELLING SETELAH MENIKAH, YES OR NO?

Apakah ada yang berubah setelah menikah? Pasti ada. Tak dapat dipungkiri ada beberapa perubahan dalam diri setelah menikah tanpa  disadari. Apalagi ketika buah hati sudah hadir memberi warna. Salah satu hal yang berubah adalah pola travelling. Saat sudah menikah tentu akan lebih banyak menghabiskan waktu untuk travelling bersama keluarga tercinta. Begitu juga denganku. Sejak sepuluh tahun terakhir selalu travelling satu paket. Aku, suami, dan anak. 

Aku sudah lupa rasanya travelling sendiri tanpa suami dan anak-anak. Bahkan, sekarang aku terlalu takut untuk sekedar pergi ke kota sebelah. Waktu telah menggerogoti keberanianku. Padahal dulu sebelum menikah, aku adalah  sosok yang pemberani. Naik bis kota di atas jam 10 malam sudah menjadi rutinitasku. Sampai di terminal Bungurasih Surabaya jam 1 dini hari sudah bukan hal baru buatku. Aku juga terbiasa pergi ke luar kota  menjalankan tugas organisasi seorang diri. Tak pernah terbesit ketakutan sedikitpun ketika menginjakkan kaki di kota yang belum pernah aku datangi. 

Ada beberapa pengalaman yang menggelikan saat solo travelling ke beberapa daerah di Jawa Timur dan Pulau Madura. Aku pernah berada di bis yang menuju Pulau garam, Madura. Aku tidak tahu sama sekali Bahasa Madura, sedangkan di dalam bis semua orang berkomunikasi dengan Bahasa Madura. Aku yang memang belum pernah sekalipun ke Madura, hanya menyebutkan nama daerah tujuanku saat  kondektur bertanya. Beberapa menit kemudian bis tiba-tiba berhenti. Kondektur memintaku turun. Tanpa bertanya lagi, aku pun turun. Karena bingung dengan jalan sekitar, aku menelpon seorang teman yang sudah sampai di lokasi training terlebih dahulu. Ternyata lokasi yang aku tuju masih 1 jam dri tempatku berdiri.
Pengalaman lain hadir dari kota di ujung timur Jawa Timur yaitu Banyuwangi. Aku mendapat tugas mengisi sebuah acara di sana. Aku belum pernah ke Banyuwangi sebelumnya. Berbekal arahan seorang teman, aku naik bis dari Terminal Bungurasih Surabaya menuju Banyuwangi. Ternyata belum sampai di kota tujuan, aku diminta oper ke bis lainnya dengan alasan bis yang aku tumpangi hanya berhenti sampai di kota Jember saja. Aku naik bis kedua. Perjalanan yang aku tempuh terasa lama, aku memutuskan untuk memejamkan mata. Aku kaget saat seorang kondektur membangunkanku. Dia mengatakan bis sudah berhenti di ketapang, tempat perhentian bis terakhir. Bis yang ada di lokasi akan bersiap menyebrang ke Bali. Aku panik dan segera turun. Lagi-lagi aku tersesat. Tapi kali ini dalam situasi yang kurang menguntungkan, Karena jam menunjukkan pukul 2 dini hari. 

Begitulah, selalu ada cerita saat solo travelling. Aku kangen dengan solo travelling. Jiwa travellingku muncul gara-gara dua  minggu lalu aku travelling ke Bandung bersama beberapa teman. Aku senang mendapat ijin dari suami dan punya kesempatan mengunjungi kota kembang tersebut. Melupakan sejenak semua rutinitas ibu rumah dan menikmati kebersamaan dengan teman-teman. Rasanya bahagia terasa kembali muda. Keliling kota Bandung berjalan kaki tak terasa lelah. Padahal biasanya jalan 15 menit saja sudah sangat capek. 

Sepulang dari Bandung, aku bercerita kepada suami bahagianya bisa travelling lagi. Respon suami setelah mendengar ceritaku sungguh tak terduga. Beliau justru menyarankan aku travelling lagi. Travelling tanpa suami dan anak-anak. Yupz, beliau memberi ijin untuk melakukan solo travelling. Tentunya tujuan solo travelling sementara masih wilayah Jawa. Aku terharu dengan alasan suami memperbolehkanku solo travelling lagi. Suami ingin aku menjadi sosok pemberani seperti dulu. Beliau juga ingin aku refreshing, me time. Karena suami sudah sering travelling tanpa aku dan anak-anak. 

Sebenarnya solo travelling setelah menikah itu perlu. Karena seorang itu juga perlu melihat dunia luar. Jika hati seorang ibu bahagia, maka akan berdampak kepada keluarga kecilnya. Dengan solo travelling, seorang ibu juga bisa mendapatkan banyak pengalaman yang akan menjadi bekal untuk diceritakan kepada anak-anaknya. Solo travelling bisa dilakukan setelah menikah asalkan sudah mendapat ijin dari pasangan dan anak-anak, tidak mengganggu anggaran rumah tangga, dan yang terpenting tidak digunakan untuk hal-hal negatif. 

1 comment

  1. aku malah pengin solo travelling pas udah nikah, soalnya bisa dapat ijin dari suami hahaha

    ReplyDelete