MEMILIH SKINCARE SEPERTI MEMILIH JODOH, KOK BISA?



Memilih Skincare Seperti Memilih Jodoh, Kok Bisa?- Hai, apa yang biasa kalian obrolin dengan sahabat terdekat? Curhat rutinitas harian? Bernostalgia dengan masa lalu? Atau obrolan berat seperti mendiskusikan masalah ibu kota yang mau pindah? Aku juga suka chat panjang lebar dengan beberapa sahabat. Tapi, ada sahabat yang konsisten membahas topik yang sama saat berinteraksi denganku. 

Satu sahabat selalu membahas tentang jodoh. Segala sesuatu yang berkaitan dengan orang yang spesial yang berpotensi menjadi pasangan hidupnya. Obrolan tentang bagaimana bisa move on dari sang mantan dan betapa susahnya membuka hati untuk orang lain yang berusaha mendekati.  Obrolan ringan yang kadang menguras energi. Urusan jodoh ternyata bisa seruwet ini. 

Obrolan lain dengan seorang sahabat  yang tak kalah rempong adalah tentang skincare. Obrolan tentang skincare terasa tak ada habisnya jika aku berinteraksi dengan dia, baik di dunia maya atau saat bertemu secara langsung. Kami sama-sama tertarik dengan dunia perskincare-an. 

Ketika aku ingin membeli sebuah produk skincare, aku mengirim beberapa gambar produk yang sedang aku incar ke dia. Semakin lama berkonsultasi, aku semakin galau. Bimbang menentukan skincare mana yang akan aku beli. Apalagi saat chat panjang lebar tentang haruskah membeli skincare anti-aging di usia 30-an? sehari tak cukup membahasnya. 

Beberapa hari lalu aku curhat ke dia tentang kondisi kulitku yang semakin parah karena aku salah memilih sebuah produk skincare. Dia memberi informasi yang sedang aku butuhkan. 

Begitulah interaksi kami sehari-hari tidak jauh dari urusan skincare. Dia sering berbagi informasi yang akan membantuku lebih memahami perskincare-an. Begitu juga dengannya. Untuk membeli satu produk skincare, perlu diskusi seminggu sampai dua minggu denganku. Aku membantunya memilih produk mana yang harus dia beli dan mana yang sebaiknya tidak dia beli karena mempertimbangkan kondisi kulitnya. 

Sama halnya dengan memilih jodoh yang harus serba hati-hati, memilih skincare pun  demikian. Jika kurang teliti mengenali karakter calon pasangan, akan berpotensi memicu perselisihan saat berinteraksi.  Adapun salah memilih produk skincare, bisa berakibat fatal untuk kulit. Karena skincare bekerja pada bagian kulit yang lebih dalam. Berbeda dengan make up yang hanya pada permukaan kulit. 

Memilih jodoh dan memilih skincare itu hampir sama. Dalam memilih pasangan hidup, orang zaman dulu sering mengatakan harus melihat bibit dan bobotnya. Karena hubungan yang terjalin adalah hubungan jangka panjang. Sama halnya dengan memilih skincare. Harus teliti memeriksa ingredient pada masing-masing produk. Bahan-bahan dalam skincare berdampak sangat besar terhadap kondisi kulit. 

Bahan-bahan yang tidak sesuai dengan kondisi kulit akan menimbulkan efek bruntusan, mengelupas, kulit semakin kering atau justru semakin berminyak, jerawatan, dan lain sebagainya. Aku baru menyadari jika urusan skincare bisa serempong memilih jodoh dalam hidup kita. 

Kadang  kita sudah klik dengan calon pasangan, tapi terbentur banyak hal seperti adat istiadat, restu orang tua, dan masih banyak lagi hal yang menghalangi kita berjodoh dengan seseorang. Hambatan kadang datang dari diri sendiri. 

Sama dengan urusan skincare, alasan sebuah skincare tidak cocok dengan sebuah produk bukan karena bahan-bahan yang terkandung di dalamnya, tapi kulit kita pada dasarnya memang sudah bermasalah. Sehingga tidak bisa menerima manfaat dari bahan-bahan tersebut secara maksimal pula. 

Hal ini juga berlaku saat memilih jodoh. Sebelum menginginkan kriteria tertentu pada calon pasangannya, ada baiknya mengenali diri sendiri terlebih dahulu. Memahami kelebihan dan kekurangan diri sebelum menerapkan standart tinggi untuk calon imamnya. 

Memilih jodoh itu rempong banget, tapi ternyata memilih skincare lebih rumit. Karena sebelum menentukan akan membeli produk skincare, harus mengenali kondisi kulit kita saat ini. Salah mendiagnosa kondisi kulit maka produk skincare yang kita beli juga tidak bisa bekerja efektif.

Butuh kejelian untuk mendeteksi permasalahan kulit kita. Namun, jika kita tidak mampu mendiagnosa sendiri kondisi kulit, bisa meminta bantuan dokter kulit untuk mengetahui permasalahan kulit yang sedang dialami. 

Setelah memahami permasalahan kulit, memilih produk yang kandungan bahannya sesuai dengan kebutuhan kulit kita. Kadang kala bahan-bahan dalam sebuah produk cocok untuk orang lain, namun tidak dengan kulit kita. Butuh ketelatenan mencoba dan mengamati bahan mana yang sebaiknya kita hindari dan bahan mana yang bisa dipakai untuk kulit kita. 

Proses memilih skincare sangat panjang. Hal ini dimaksudkan untuk meminimalisir kondisi kulit yang semakin parah akibat salah memilih skincare.  Sama dengan proses memilih jodoh. Tidak bisa sekali bertemu kemudian langsung menikah. Tetap ada proses pengenalan meskipun waktunya sangat singkat. Setidaknya memberi waktu kepada hati untuk tidak bimbang lagi. 












2 comments

  1. Aku banget kalau beli skincare mempertimbangkan kebutuhan, kualitas tapi yang peling penting kondisi keuanganku 🤣

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, isi kantong juga jadi pertimbangan banget, mbak.

      Delete