HABIS MUDIK TERBITLAH MERIANG

Habis Mudik Terbitlah Meriang- Mudik tahun ini memang berbeda dari tahun sebelumnya. Tapi Aku tak menyangka efek pasca mudik tahun ini juga bakal beda. Aku yang biasanya tahan banting, mendadak tepar sesaat setelah kembali ke rumah. 

Sebenarnya tenggorokan sudah mulai tak nyaman saat perjalanan Jombang -Surabaya. Tapi kondisi tersebut aku abaikan. Aku berpikir mungkin hanya dehidrasi biasa. Namun, setelah sampai rumah badan tiba-tiba meriang. Aku masih sempat bersih-bersih rumah hingga akhirnya tak kuasa beranjak dari tempat tidur. 

Rencana silaturahmi ke beberapa teman terpaksa tidak bisa terlaksana. Kepala terasa berat dan suhu badan naik turun. Padahal agenda rutin setiap tahun pasca mudik adalah berkunjung ke rumah teman di Surabaya dan sekitarnya.

Kondisi tubuh tak kunjung membaik setelah tiga hari. Awalnya hanya flu biasa, ternyata berlanjut batuk. Bukan batuk biasa, tapi batuk yang sangat menyiksa. Kalau orang jawa bilang “batuk ngikil” yang membuat penderitanya tak bisa tidur nyenyak. 

Berbagai upaya untuk segera sembuh sudah aku lakukan. Bahkan, kali ini aku membuat ramuan khusus untuk batuk yang banyak beredar di media sosial. Aku belain pergi ke pasar mencari bahan-bahannya meskipun badan masih belum fit. 



AGENDA LEBARAN YANG MENYITA ENERGI 

Sakit pasca mudik adalah hal baru bagiku. Mungkin sakit kali ini adalah efek dari padatnya agenda selama lebaran. Padahal Aku pikir lebaran tahun ini bisa lebih santai karena tidak ada agenda mudik ke Kediri. Tahun-tahun sebelumnya selalu membagi waktu antara rumah mertua yang di Jombang dan rumah Bapak Ibu di Kediri. 

Tahun ini sengaja tidak ke Kediri karena posisi Bapak Ibu berada di Palembang. Bapak Ibu baru pulang ke Kediri akhir tahun. Meskipun sedih tapi aku tetap bersyukur, karena tidak harus wira-wiri  membagi  waktu cuti suami yang hanya beberapa hari tersebut. Aku sudah membayangkan  bisa banyak menghabiskan waktu nyemil kacang sambil menikmati segarnya angin pinggir sawah.

lebaran kami tahun ini di Jombang

Kenyataan saat hari H ternyata berbeda. Mulai pagi sampai dhuhur aku diajak suami dan adek ipar keliling ke rumah saudara dari pihak bapak mertua. Kali ini kami bersilaturahmi dengan semua adik-adik bapak mertua (paklik dan bulek) yang rumahnya lumayan jauh dari desa suami. 

Kalau di keluarga Kediri memang sudah menjadi tradisi, wajib mengunjungi pakde budhe, paklik bulek, semua sepupu tua. Satu diantara anak ibu misalnya tidak datang ke paklik, pasti bakal ditanyakan kenapa tidak berkunjung ke rumah beliau dan berujung panjang urusannya. 

Tapi di keluarga suami tidak demikian. Berkunjung ke rumah pakde atau paklik bukan sebuah keharusan. Adik-adik iparku juga sudah terbiasa tidak silaturahmi secara komplit ke semua keluarga besar dari pihak bapak mertua. Sebagai menantu, aku hanya mengikuti tradisi yang ada di keluarga suami. Tanpa bisa memahami tradisi yang jauh berbeda dengan keluargaku di Kediri.

Bahkan, aku baru diajak ke rumah  salah satu paklik (adik bapak mertua) lebaran tahun ini. Padahal aku sudah menikah dengan suami lebih dari sepuluh tahun. Aku rasa bukan karena rumah beliau yang jauh sebagai alasannya. Entah, aku sendiri tak paham secara detail sejarah keluarga besar bapak mertua. 

Aku senang akhirnya bisa bertemu dengan banyak saudara. Tapi lumayan capek juga. Apalagi jalanan yang kami lewati adalah jalanan desa yang sudah tak mulus lagi. Jalanan yang tidak direkomendasikan untuk ibu hamil. Naik motor saja berasa naik kuda. 

Niat hati bisa istirahat tidur siang, tapi ternyata berlebaran via telpon dengan bapak ibu yang ada di Palembang menyita waktu sampai 2 jam. Awalnya hanya ingin bermaaf-maafan dengan Bapak Ibu, tapi berlanjut dengan obrolan kue lebaran dan lain sebagainya. 

Sore setelah Ashar agenda berlanjut silaturahmi ke rumah teman yang baru setahun pindah ke Jombang. Mumpung sang suami yang bekerja di Luar Pulau sedang ada di rumah, Kami menyempatkan waktu bersilaturahmi. Apalagi Mas Agha sangat antusias ketemu teman dekat semasa TK yang sudah setahun tidak berjumpa. Selepas Magrib kami masih melanjutkan silaturahmi ke rumah teman lama suami. Karena sudah lama kenal, kami agak lama di sana. Kami baru pulang ke rumah sekitar pukul 9 malam. Sayang banget tidak bisa foto Bersama karena adik Gia sudah rewel. 


Hari Kedua Lebaran Berpetualang Ke Kota Orang 

Hari berikutnya tak kalah padat. Kami memutuskan silaturahmi ke rumah teman lama yang berada di perbatasan Kediri-Tulungagung. Tahun kemarin sudah pernah ke sana. Kami sudah bisa membayangkan durasi waktu dan jalur mana yang akan kami tempuh agar bisa sampai lokasi tidak sampai dhuhur. Kami memilih jalur kertosono-purwoasri. 

Ternyata kondisi di jalan tidak bisa diprediksi. Kami terjebak macet di jalur kertosono lumayan panjang. Hari ke-2 masih banyak pemudik dengan tujuan Jawa Tengah yang melewati kertosono. Meskpiun sudah berusaha mencari celah diantara mobil, kami tetap tak bisa keluar dari kemacetan. Kami harus sabar berada di antrian jalur sepeda motor. Setelah sampai di perempatan dan memilih belok ke arah Purwoasri baru bisa bernafas lega. Karena jalanan cukup lengang. 

Perjalanan kami lancar sampai tengah kota Kediri. Namun, kami salah mengambil arah saat menuju Tulungagung. Kami tersesat sampai ke pelosok desa perbatasan blitar.  Bisa menemukan jalan raya kembali setelah dilewatkan jalan yang berputar-putar oleh google maps. Sumpah, aku lebih percaya petunjuk arah yang ada di setiap perempatan jalan atau tanya orang. Dari pada lihat google maps yang sering menyesatkan. 

Akhirnya kami sampai di lokasi meskipun waktunya lebih lama dari perkiraan awal. Dua hari di rumah teman cukup menyita energi. Karena harus menemani anak-anak (anakku dan anak teman yang sudah seperti anak sendiri) keliling kota bermain sepuasnya dari pagi sampai sore. Mengikuti tingkah polah anak-anak memang membutuhkan energi yang cukup besar. Badan rasanya lemas, padahal agenda main ke pantai di Tulungagung sudah dibatalkan. Tapi tetap aja rasanya badan remuk.

Mas Agha akhirnya bisa main sama mas Hafis

Sore hari kami memutuskan pulang ke Jombang. Perjalanan pulang cukup lancar. Tapi energi kami terkuras saat sampai Kertosono. Harusnya kami bisa langsung belok ke arah kanan menuju Jombang dari perempatan Kertosono. Namun, selama lebaran jalur dialihkan. Kami harus putar balik yang lumayan jauh dengan kondisi macet total. Bahkan, lebih jauh dari jalur tahun lalu. Sampai rumah selepas magrib. Badan rasanya sakit semua. Karena sepanjang jalan harus menahan badan adik Gia yang tertidur lelap di atas motor. Kondisi macet parah membawa balita itu capeknya berlipat.

Rumpi sama Rossi sambil nungguin anak-anak main

Agenda Dadakan Suami

Hari ke-4 rumah mertua sudah mulai sepi. Adik ipar dan suami mudik ke Madura. Aku ingin memanfaatkan waktu untuk istirahat. Sebelum keesokan harinya balik ke Surabaya. Tapi ternyata tak bisa istirahat dengan tenang. Siang-siang mencari Adik Gia yang sibuk mengejar ayam sampai area belakang rumah. Dia tak mau diajak tidur siang. Butuh sekitar 2 jam untuk membujuknya berhenti mengejar ayam dan bobok siang. Si adik bisa tidur siang dengan nyenyak meskipun agak telat. Tapi Aku harus melewatkan jadwal tidur siang karena mendekati waktu ashar. 


Agenda tidur lebih awal malam harinya juga tak bisa terlaksana. Suami mendadak ada agenda bersama teman-teman semasa sekolah dulu. Aku dan anak-anak diajak ikut serta. Alhasil, malam itu baru sampai rumah jam 9 malam lagi.  Tentu saja Lelah luar biasa rasanya. Apalagi malam itu juga harus packing karena keesokan harinya harus balik ke Surabaya jam 6 pagi. 

Selain agenda lebaran yang padat dan menyita banyak energi, selama di kampung halaman tidak diimbangi dengan asupan gizi yang cukup. Aku hanya makan apa yang dimasak oleh adik ipar. Menu-menu bersantan tanpa sayur. Aku juga lagi malas kalau harus ke luar desa yang jaraknya cukup jauh sekadar mencari sayur dan buah. 

Ini memang efek mengabaikan kondisi badan selama mudik lebaran. Menyepelekan sarapan dan makan tak terkontrol. Istirahat juga kurang maksimal. Semoga sakit kali ini menjadi pelajaran untukku agar lebih memperhatikan kesehatan saat mudik tahun depan, jika masih ada umur. 


1 comment

  1. ini anak2ku di kantor, juga pada sakit abis libur lebaran mba .. tapi krn jumlah staff yg terbatas, pada paksain masuk kantor... makanya aku tekanin banget pada minum vitamin supaya ningkatin imunitas tubuh.. memang pada capeeek sih yaaa. aku agak bersyukur jg batal mudik thn ini krn si kecil sakit. sbenernya ga yakin jg bakal kuat sih, secara aku dan suami ga ambil cuti , hanya manfaatin cuti bersama lebaran..

    ReplyDelete