Nikah Muda Penuh Drama?


Linimasa sedang ramai membicarakan dua anak muda yang beda kutub kemudian menikah, tapi pernikahan yang masih  seumur jagung terancam bubar. Masyarakat sudah cukup dikagetkan dengan  berita pernikahan seorang pemuda hafidz dengan perempuan muda yang dikenal karena pergaulannya yang kurang baik. Apalagi disusul dengan kabar lain bahwa pernikahan mereka yang masih berjalan tiga bulan sudah akan berakhir. Seolah-olah ada yang salah dengan keputusan mereka nikah muda. Ada juga komentar yang mengatakan mereka lebay, terlalu mendramatisir masalah rumah tangga. Permasalahan yang seharusnya bisa diselesaikan kedua belah pihak tanpa harus diketahui oleh banyak orang.


Ngomomgin nikah muda, aku adalah salah satu orang yang melakukan nikah muda. Aku menikah di usiaku yang masih 20 tahun. Kalau dikatakan nikah muda itu penuh drama ada benarnya. Meskipun keputusan menikah muda yang aku ambil saat itu bukan keputusan emosional semata, tapi tetap ada drama baru setelah proses ijab kabul. Karena usia muda itu rentan dengan emosi yang labil, maka juga berpengaruh dalam menjalani hari-hari setelah menikah. Apalagi bila usia pasangan juga masih muda. Dua anak muda yang masih mempunyai emosi yang belum stabil hidup satu atap. Hal-hal sepele bisa menjadi pemicu pertengkaran. Proses adaptasi dua manusia dengan karakter berbeda tidak mudah, Begitu juga saat ada pasangan pengantin baru yang masih butuh adaptasi satu sama lain tapi harus menjalani hubungan pernikahan jarak jauh. Bila tidak saling memahami dan komunikasi tidak berjalan dengan baik, maka wajar jika akhirnya yang terjadi adalah hubungan suami istri menjadi semakin runyam. Kemudian drama sebuah pernikahanpun dimulai. Ketidakpuasan, saling menuntut, melupakan kebaikan masing-masing, dan hanya terfokus dengan kekurangan pasangannya. Apabila tidak bisa berpikir jernih maka perpisahan biasanya adalah jalan keluar yang dipilih. Namun saat kedua belah pihak bisa saling introspeksi diri dan mengingat kembali tujuan menikah maka drama di awal nikah bisa berubah menjadi titik balik untuk menjadi lebih dewasa.


Masalah lain yang muncul pada pasangan yang nikah muda adalah orang tua yang ikut campur dalam permasalahan rumah tangga. Para orang tua berniat membantu agar permasalah yang timbul antara anak dan menantu bisa segera teratasi. Tapi yang terjadi justru malah memperkeruh keadaan. Karena rata-rata mereka membela habis-habisan anaknya sendiri tanpa melakukan klafisikasi kepada sang menantu. Akan tetapi jika pasangan muda yang sedang bertikai bisa menyimpan rapat masalah yang di hadapi dari kedua orang tua maka bisa meminimalisir keterlibatan mereka. Dan masalah pun lebih cepat bisa diatasi. Begitu juga dengan urusan mengasuh anak. Bila pasangan muda memutuskan mengasuh sendiri sang anak tanpa merepotkan orang tua, maka drama seputar perbedaan pengasuhan anak antara ibu muda dan sang nenek bisa dihindari.

Tapi nikah muda tidak melulu tentang drama yang menguras emosi lho. Ada beberapa kelebihan nikah di usia muda. Pasangan nikah muda punya lebih banyak waktu untuk adaptasi satu sama lain. Belajar memahami karakter pasangan tidak cukup sehari dua hari. Bisa berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Dan pasangan nikah muda punya waktu lebih untuk melakukan itu. Pasangan yang menikah muda juga lebih mudah berkompromi tentang banyak hal. Istilahnya lebih fleksibel. Misal si perempuan akan lebih mudah untuk berpindah kerja atau bahkan bisa lebih mudah menerima bila harus meninggalkan pekerjaan demi mengikuti suami. Berbeda dengan pasangan yang memutuskan menikah di usia yang sudah matang. Akan lebih sulit berkompromi terkait hal itu. Karena masing-masing sudah sekian lama membangun karir hingga ada di posisi sekarang. Jika tidak ada yang mau mengalah maka jalan yang dipilih biasanya menjalani pernikahan jarak jauh. Kelebihan pasangan nikah muda lainnya adalah usia yang masih relatif muda saat anak-anaknya sudah beranjak besar. Aku punya seorang teman yang menikah muda juga. Ia masih terlihat muda padahal anak sulungnya sudah masuk SMA. Tak ada yang percaya kalau ia sudah mempunyai anak usia SMA. Karena rata-rata seumuran dia baru mempunyai anak usia SMP. Seperti halnya ibuku, ia menikah di usia muda. Saat usianya empat puluhan ia sudah mempunyai cucu. Senang rasanya mempunyai seorang ibu yang masih muda. Saat jalan berdua bersama beliau berasa jalan bersama kakak.

Begitulah kekurangan dan kelebihan nikah muda. Ingin menikah muda atau menikah di usia yang sudah matang adalah pilihan setiap individu. Tentunya setiap pilihan sudah dipertimbangkan dengan seksama. Tapi berdasarkan pengalaman, menikah muda itu sangat menyenangkan selama masing-masing mau menikmati proses menjadi dewasa bersama pasangan. 

6 comments

  1. Aku dulu pernag mimpi ingin menikah muda tapi belum jodoh

    ReplyDelete
  2. Saya nikah usia 26 tahun Mbaa,d an banyak di sekelilingku yang nikah muda

    ReplyDelete
  3. Dulu saya mau nikah muda tetapi ditakuti oleh masalah finansial. Ternyata saya salah. Toh ga hanya nikah muda, nikah usia di atas muda saja bisa galau soal finansial ��

    ReplyDelete
  4. Nikah muda, darahnya pun masih muda. Gejolak emosinya masih tinggi. Kalau menikah muda memang sebaiknya orang tua juga bisa bersikap lebih dewasa kali, ya. Dalam artian ketika rumah tangga anaknya bermasalah bisa membantu membimbing mereka menyelesaikan masalah dengan bijak

    ReplyDelete