5 Tips Menyapih Buah Hati dengan Cinta


Hallo para bunda atau calon bunda
Kali ini aku akan berbagi cerita tentang keberhasilanku menyapih dengan cinta si kecil Gia pada usia 2 tahun 2 bulan. Ada kepuasan tersendiri, aku senang sekaligus sedih. Senang karena sudah mendapatkan hak menyusui anakku selama 2 tahunan ini. Tapi aku juga sedih mendapati kenyataan si kecil sudah benar-benar lepas dari ASI. Sejak disapih, Gia menjadi lebih mandiri. Dia bisa berlama-lama jauh dari bunda karena tidak bergantung lagi dengan ASI. jujur, ada rasa sesak di dada karena merasa Gia sudah tidak nempel terus menerus ke aku. Seakan dia sudah tidak membutuhkan bundanya lagi.

Sebelumnya aku sangat pesimis tidak akan mungkin bisa menyapih Gia di usia 2 tahunan. Gia berbeda dari si sulung Agha. Anak keduanku ini nempel banget sama aku. Bahkan di usianya yang genap 2 tahun frekuensi menyusunya masih seperti anak usia setahun. Dia masih suka minta menyusu setiap saat. Tak peduli saat di luar rumah sekalipun. Selain itu, tubuh mungil Gia selalu aku jadikan alasan tidak tega menyapihnya. Banyak yang mengira Gia masih usia setahun karena tubuh mungilnya. Sempat terfikir untuk menyapih Gia ketika usianya 3 tahunan saja. Namun, dengan berbagai pertimbangan aku memutuskan menyapih si kecil pada usia 2 tahun 2 bulan. Molor 2 bulan dari rencana awal. Sebenarnya aku sudah memulai menyapih Gia tepat di usianya 2 tahun, Tapi proses menyapihku gagal. Baru 2 bulan kemudian berhasil menyapih Gia dengan cinta.

Buat para bunda yang ingin berhasil menyapih buah hatinya tanpa drama, ada beberapa tips yang bisa dicoba. Diantaranya:

Perhatikan Kondisi Anak
Hal pertama yang harus diperhatikan adalah kondisi anak. Ini salah satu alasan yang membuatku gagal menyapih Gia tepat di usia 2 tahun. Aku menyapih tanpa memperhatikan kesiapan Gia secara fisik dan spikis. Saat itu kondisi badan Gia sedang tidak fit, dia sedang pilek sehingga menjadi sedikit rewel dari hari-hari biasanya. Saat itu aku mengira rewelnya Gia karena proses menyapihku. Ternyata memang dia sedang tidak dalam kondisi fit. Hal itu secara tidak langsung juga berpengaruh terhadap suasana hatinya saat itu. Alih-alih mendengarkan setiap perkataan bundanya, dia malah tantrum saat aku melakukan sounding terhadapnya. Jadi, perhatikan kondisi si kecil jika ingin memulai proses menyapih, termasuk sakit ringan seperti batuk dan pilek sekalipun. Pastikan juga suasana hatinya sedang baik alias lagi ceria. Bila kondisi fisik dan psikis anak bagus, proses menyapih bisa dimulai.

Bulatkan Tekad  
Apabila ingin menyapih si kecil, bunda juga harus punya tekad yang kuat. Jangan niat menyapih tapi hati masih berat. Niat yang kurang kuat itu menjadi faktor gagalnya proses menyapih. Karena si kecil akan tahu bahwa bundanya belum rela sepenuhnya. Tekad yang setengah-setengah itu juga yang membuatku gagal menyapih di awal. Aku reflek mengeluarkan payudara ketika Gia merengek minta menyusu terutama saat  dia terbangun di tengah malam. Jadi, bagi bunda yang ingin berhasil menyapih si kecil ada baiknya menata hati terlebih dahulu. Pelan-pelan menanamkan dalam hati jika apa yang bunda lakukan adalah proses yang memang harus dilalui dan demi kebaikan si kecil. Karena pada umumnya anak-anak yang sudah disapih, makannya menjadi lebih lahap dan lebih mandiri. Setidaknya itu yang aku lihat dari si kecil Gia.


Konsisten Sounding 
Proses menyapih buah hati dengan cinta sedikit berbeda dengan proses menyapih pada umumnya. Kalau proses menyapih yang ada di masyakat yag aku tahu menggunakan bahan-bahan tertentu untuk menakut-nakuti si kecil agar tidak mau menyusu pada bundanya lagi. Ada juga yang menggunakan jasa dukun untuk menyapih, yaitu mengandalkan jampi-jampi dari si dukun dalam segelas air minum. Tapi menyapih dengan cinta ini berbeda. Kita mengandalkan kekuatan bisikan (sounding) "mantra ajaib" dari seorang bunda kepada si kecil pada alam bawah sadarnya. Mantra ajaib yang aku bisikkan setiap saat kepada si kecil adalah " adik sudah besar sudah 2 tahun jadi minumnya air putih ya."

Kalimat sederhana yang diucapkan oleh seorang bunda berkali-kali di setiap kesempatan terutama ketika proses menyusui  bisa melekat kuat di memori si kecil. Sounding kepada si kecil bisa dilakukan sebelum dia berusia 2 tahun. Keberhasilan proses sounding ini terletak pada seberapa konsisten kita melakukannya. Pengalamanku melakukan sounding kepada Gia bikin gemes. Dia selalu reflek menutup mata saat aku mulai mengeluarkan "mantra ajaib" saat proses menyusui. Di awal sounding Gia menolak memenuhi permintaanku untuk tidak menyusu lagi karena sudah besar. Tapi aku sudah bertekad tidak akan menyerah begitu saja. Maka aku terus melakukan sounding kepadanya di setiap kesempatan. Sampai pada suatu hari dia mengangguk ketika aku sounding.

Kurangi Frekuensi Menyusui 
Tahap selanjutnya yang dilakukan adalah pelan-pelan mengurangi frekuensi menyusui. Berhubung yang aku lakukan adalah menyapih dengan cinta jadi aku tidak mau membuat anakku syok dengan menghentikan proses menyusui secara tiba-tiba. Aku memilih membuat jadwal menyusui untuk Gia. Tentu jadwal ini disesuaikan dengan ritme dia. Jika biasanya dia menyusu berkali-kali dalam sehari semalam, maka saat proses penyapihan dimulai aku mengurangi frekuensi menyusuinya. Biasanya aku menyusui Gia pada saat dia tidur pagi sekitar jam 9 pagi. Tapi kali ini aku baru menyusuinya  menjelang tidur siang saja. Pagi hari ketika dia sudah mulai mengantuk, aku menggendongnya dengan ergo dan mengajak berkeliling menyusui jalan komplek dengan sepeda motor. Dia akan tertidur dengan nyenyak digendongan.

Pada siang hari durasi menyusui juga aku batasi. Bila sebelumnya dia bisa dengan leluasa menyusu padaku, maka dalam proses menyapih ini Gia hanya diperbolehkan menyusu paling lama satu jam saja. Selebihnya aku akan menidurkan dengan cara lain seperti menyanyikan lagu kesukaannya sambil mengelus punggung atau rambutnya. Bagaiman jika aku lelah untuk menyanyi sedangkan Gia belum memejamkan matanya? Aku memperdengarkan dia rekaman suaranku yang sedang menyanyikan lagu nina bobok, tentunya dengan lirik versiku yang sudah aku ubah disana-sini. Ternyata suara "merdu" bundanya bisa membantu Gia tidur siang tanpa drama.

Selepas mandi sore Gia biasanya minta menyusu. Tapi ketika proses menyapih sudah dimulai, kegiatan menyusu setelah mandi sore ditiadakan. Aku baru menyusuinya pada malam hari menjelang tidur malam. Seiring bertambahnya hari, aku tidak menyusui Gia di siang hari dan baru menyusuinya lagi pada tengah malam. Keinginan Gia menyusu aku alihkan dengan memberinya air putih dan susu UHT. Pada hari ke 7 aku benar-benar tidak memberikan ASI kepada gia baik siang dan malam. Aku cukup menyediakan air putih dan beberapa cemilan di dekat tempat tidur. Jadi, saat dia terbangun aku langsung menyodori segelas air putih dan menawari beberapa cemilan.

Mengurangi frekuensi menyusui ini selain membuat si kecil tidak syok juga tidak akan membuat payudara bunda bengkak. Karena produksi ASI akan berkurang seiring dengan berkurannngnya frekuensi menyusui. Permasalahan beberapa teman yang menyapih dengan menghentikan proses menyusui secara tiba-tiba adalah payudara yang bengkak dan sakit. Belum lagi si kecil akan rewel karena kaget tidak diperbolehkan menyusu tanpa melakukan sounding terlebih dahulu.

Peran Orang Terdekat
Keberhasilan proses menyapih tidak terlepas dari peran orang terdekat. Begitu juga denganku. Peran suami dan si sulung agha sangat membantu dalam proses menyapih Gia. Mereka berdua membantu mengalihkan perhatian Gia pada ASI. Suami dengan sigap mengambilkan Gia air putih atau cemilan saat dia terbangun di malam hari. Suami juga bersedia mengajak Gia pergi jalan-jalan tanpa aku demi mengalihkan perhatiannya dari kegiatan menyusu. Si sulung Agha bahkan membantu melakukan sounding kepada adiknya. Ketika Gia mulai drama minta menyusu kepadaku, Agha selalu mengatakan kepada si adik " adik sudah besar minumnya air putih ya bukan mimik bunda" sambil mengambilkan Gia segelas air putih. Entah kenapa Gia selalu menurut dengan perkataan Agha dan segera meminum segelas air putih yang disodorkan kepadanya. Peran orang-orang terdekat memang punya andil besar dalam proses menyapih dengan cinta seperti ini. Jadi, bila bunda berniat menyapih si kecil dengan penuh cinta, libatkan orang-orang terdekat seperti suami, kakek, atau neneknya. Karena proses menyapih dengan cinta menguras banyak energi dan melibatkan emosi. Mulai jam tidur kita yang berkurang karena harus siap setiap saat mengalihkan perhatian si kecil dari kegiatan menyusu sampai urusan baper tak tega melihat si kecil sekedar menangis atau tantrum minta menyusu kepada bunda. Kehadiran orang-orang terdekat yang ikut menghandel si kecil bisa membantu membuat bunda menjauh sejenak menenangkan diri. Fakta bahwa si kecil baik-baik saja tanpa menyusu kepada bunda akan memantapkan hati bunda bahwa menyapih si kecil pada saat itu adalah tindakan yang tepat. Si kecil tetap ceria bersama ayah atau kakek neneknya. Dia tetap bisa tidur nyenyak tanpa diawali dengan proses menyusu. Kenyataan-kenyataan tersebut akan membantu meyakinkan bunda bahwa menyapih si kecil pada usia itu adalah tindakan yang terbaik karena ia sudah benar-benar siap. Bunda tidak lagi merasa bersalah karena menghentikan pemberian ASI kepada si kecil.


Itulah pengalamanku menyapih Gia dengan cinta alias meminimalisir drama. Sampai detik ini Gia tetap ceria meski sudah berpisah dari ASI. Dia sudah tidak tertarik dengan kegiatan menyusu lagi. Jika aku sesekali menawari ASI dengan menyodorkan payudara, dia hanya tertawa geli. Gia juga tetap lengket denganku. Terkadang masih minta dipeluk sambil dielus punggungnya bila mau tidur.  Hal yang membuatku lebih senang adalah peningkatan nafsu makannya. Sejak disapih dia semakin lahap makan. Cemilan apapun yang ditawarkan kepadanya tak pernah ditolak.  

4 comments

  1. Wah senangnya gia bisa disapih dengan cinta tanpa drama. Sehat terus ya

    ReplyDelete
  2. Wah, keren mbak bisa menyapih buah hati dengan cara asyik. Makan makin banyak dan camilan ga ditolak hehehe. Sukses selalu ya. Aku dulu pakai drama segala loh menyapih anak hiks :(

    ReplyDelete
  3. iya, mba.. anakku yang kedua ini terpaksa di sapih karena saya pergi umroh. Yang kasian yang dititipin.. hiks. Tapi efeknya drama, saya harus tidur begadang selama sebulan tidur jam 3 pagi. hiks Alhamdulillah sekarang sudah normal lagi. ^_^

    ReplyDelete