5 Sifat Yang Aku Miliki Ini Tak Sepenuhnya Merugikanku

Perempuan itu aneh, lebih tepatnya unik. Konon para lelaki butuh energi ekstra untuk memahami seorang perempuan. Jangankan makhluk bernama laki-laki, perempuan saja kadang tidak memahami dirinya sendiri. Begitu rumitnya perempuan, aku pun demikian. Ada banyak sifat yang aku sadari kurang baik namun butuh usaha ekstra untuk mengubahnya. Sebelumnya  aku tidak suka sifat-sifat itu melekat kepadaku. Akan tetapi Setelah aku paham bahwa sifat-sifat yang aku miliki ini tak sepenuhnya merugikanku. Ada sisi positif dari sifat yanng aku miliki tersebut.


Moody
Aku tipe orang yang mudah sekali berubah suasana hatinya. Aku bisa tiba-tiba badmood hanya karena hal sepele. Saat jalan-jalan suasana hatiku bisa jelek hanya karena kerudung yang aku pakai ketumpahan teh bagian ujungnya. Sepele banget kan. Tapi sangat mempengaruhi partner jalanku, terutama pasangan. Karena aku tak bisa menyembunyikan wajah manyunku. Alhasil mengurangi kebahagiaan acara jalan-jalan. Tapi tenang saja, aku juga cepat pulih dari badmood lho. Namanya orang moody, pasti susana hatinya naik turun. Dan mengembalikan suasana hatiku pun tidak sulit. Cukup dengan segelas coklat panas, es krim, atau disodori makanan kesukaanku. Jika sedang di pusat perbelanjaan, susana hati yang jelek bisa langsung membaik hanya dengan berkeliling dari satu lorong ke lorong lainnya melihat barang-barang yang lucu-lucu. Tak perlu waktu lama untuk tersenyum kembali. Sifat itu tak selamanya merugikanku. Sedihpun tak harus berlama-lama karena aku bisa cepet move on dari kesedihan. 

Perfeksionis 
Aku yang selalu berharap segala yang aku lakukan sempurna. Termasuk untuk urusan rumah. Aku tidak bisa melihat rumah berantakan.  Ada beberapa teman yang cukup nyaman ketika rebahan di atas kasur yang berantakan. Ada juga yang bisa menikmati semangkuk mie panas sambil menonton TV padahal hampir semua ruangan dipenuhi dengan mainan anak dan tumpukan baju kusut.  Aku heran bagaimana mereka bisa senyaman itu di tengah kondisi rumah yang berantakan. Aku sendiri tipe orang yang tidak begitu rapi sih tapi aku sangat tidak nyaman bila rumahku berantakan. Bahkan aku bisa migren bila mainan anak-anak berserakan, cucian piring menumpuk, baju dua bocah yang belum di setrika menumpuk, dan melihat rumput di depan sudah mulai meninggi. Jadi sudah dipastikan aku tidak akan duduk santai apalagi rebahan sebelum semua pekerjaan itu aku bereskan dan rumah menjadi rapi kembali. Khusus untuk beresin mainan itu tugas anakku. Aku memang sudah membiasakan dia untuk membereskan mainannya sendiri. Tapi kadang saat teman-temannya datang dan mereka bermain bersama, anakku lupa mengembalikan mainan ke tempatnya sebelum keluar rumah untuk melanjutkan acara bermain bersama teman-temannya.

Untuk sifatku yang satu ini tidak sepenuhnya merugikanku. Memang terkadang meradang juga melihat rumah berantakan. Karena akan menguras energi saat membereskan beberapa pekerjaan sekaligus. Tapi aku puas melihat rumahku yang bersih. Sesederhana apapun rumah asal bersih, itulah prinsipku. Keuntungan lainnya adalah siap setiap saat menerima tamu. Jika rumah rapi kapanpun dan siapapun tamu yang datang tidak akan panik. Tak perlu sibuk membereskan ruang tamu berantakan sementara tamu sudah menunggu di depan pintu.

Ambisius
Sejak masih remaja aku sudah menyadari sifat satu ini. Bila hati sudah berkehendak, tak ada yang bisa menghalangi termasuk orang tua. Jika ingin bersekolah di tempat A maka aku akan berusaha keras untuk mewujudkannya. Meskipun harus dibayar dengan sakit karena memaksakan diri belajar dan terus belajar sepanjang waktu. Itulah aku yang punya ambisi besar mewujudkan mimpiku sejak masih di bangku sekolah.  Selain itu, pola didik orang tua juga ikut andil di dalamnya. Bapak ibu selalu mengabulkan setiap keinginanku ketika aku kecil. Kebiasaan itu ternyata terbawa hingga sekarang. Jika aku punya sebuah keinginan, maka harus segera terwujud. Meskipun tak jarang dengan cara-cara yang ekstrim. Bila aku menginginkan sebuah barang, sebisa mungkin dalam waktu dekat aku bisa memilikinya. Sifat yang kurang bagus memang. Tapi sifat tersebut tak selamanya merugikan. Ada hikmah yang bisa aku peroleh dengan sifat itu. Sifat yang satu ini mengajarkanku tentang kerja keras dan kekuatan doa. Aku akan gigih menyisihkan uang, mencari alternatif lain, dan lebih intens berdoa dalam sujud bila sedang menginginkan sesuatu. Punya keinginan kuat membuatku belajar memaksimalkan ikhtiyar dan doa. Selain itu juga membuatku bisa fokus mewujudkan impian satu persatu. Karena aku akan menuliskan daftar keinginanku di tempat yang setiap hari aku lihat.

Shopaholic 
Siapa sih perempuan yang tidak lapar mata? ada sih tapi prosentasenya sangat sedikit. Sebagian besar perempuan lapar mata bila diajak jalan-jalan. Begitu juga denganku. Terutama bila jalan-jalan ke tempat yang berjejer kosmetik di dalamnya. Tangan berasa reflek ingin memasukkan ke keranjang belanjaan. Deretan lipstik yang menggoda, bedak, aneka riasan mata, hingga skincare seperti krim siang malam, sunblok, pembersih wajah, lulur, hingga masker pun tak luput dari mata. Semua barang-barang itu serasa berkata " ambil aku, bawa pulang aku."

Itu sebabnya aku tidak mau di ajak ke pusat perbelanjaan bila saldo menipis. Aku tidak bisa hanya sekedar window shopping tanpa mengambil barang dan ke kasir. Jika mau hangout ya harus menyisihkan uang jauh-jauh hari yang jumlahnya dirasa cukup untuk memenuhi hasrat lapar mataku. Sifat yang kurang bagus tapi tidak selamanya merugikanku. Kebiasaan belanja skincare dan kosmetik misalnya, sangat bermanfaat untuk diri sendiri karena bisa tampil lebih fresh di depan suami. Terkadang malah meracuni suami untuk ikut menggunakan produk yang aku beli. Selain itu, belanja produk kosmetik itu juga bermanfaat untuk mengisi konten blog dengan review seputar produk-produk yang aku beli. Dan tulisan tersebut bisa bermanfaat untuk orang lain. 

Bagaimana dengan kebiasaan belanja buku? bukankah nominal untuk setumpuk buku yang di bawa ke kasir saat ada di toko buku tidaklah sedikit? betul, tapi percayalah tak pernah rugi aku membeli buku-buku itu. Karena aku dan suami juga punya hobi membaca. Sehingga tidak ada masalah kalau aku sampai kalap membeli banyak buku. Selain bisa menambah koleksi buku di rumah, belanja buku sama dengan investasi ilmu. Karena dengan membaca buku maka  pengetahuan pun bertambah. Membaca buku adalah me time paling elegan bagiku. Terlepas buku yang dibaca adalah novel sekalipun. 

Sensitif 
Aku juga tipe orang yang sensitif alias terlalu peka. Dulu aku bisa menangis hanya gara-gara diolok-olok tetangga kos. Bisa baper karena tiba-tiba seorang teman tidak menyapa padahal sebelumnya akrab. Pokoknya melow abis. Alhamdulillah sekarang sudah lumayan kebal seiring berjalannya waktu. Hidup di perantauan yang jauh dari keluarga menjadi salah satu alasannya. Jauh dari keluarga harus tegar. Tidak boleh sedikit-sedikit mewek hanya karena omongan orang. Tapi setelah dipikir-pikir sifat sensitif tersebut tidak sepenuhnya merugikanku. Justru dari sifat tersebut aku menjadi pribadi yang sering melakukan introspeksi diri. Mengapa orang lain bersikap seperti itu kepadaku? Apakah tindakan atau omonganku menyinggungnya? dan sederet dialog hati dalam rangka perbaikan diri menjadi pribadi yang lebih baik. Perlahan aku bisa mengenali karakter orang lain dari sifat terlalu peka ini. Bahkan beberapa teman langganan curhat karena merasa nyaman kepadaku yang bisa peka dengan apa yang mereka rasakan dan  cepat tanggap terhadap permasalahannya.  

Itulah 5 sifat yang tidak begitu aku sukai namun melekat dalam diriku. Dan bila dicermati sifat-sifat tersebut tidak sepenuhnya merugikanku. Apa sifat yang melekat dalam dirimu namun tidak begitu kamu sukai? Oiya, seorang sahabat blogger bernama Indira  juga punya cerita seputar sifat unik yang dimilikinya. Ia mengemasnya dalam tulisan  5  Things I Hate About Myself.





2 comments