Tips Jitu Mencegah Bullying Pada Anak Kita

http://americanspcc.org/wp-content/uploads/2013/04/American-SPCC-Bullying.jpg
Akhir-akhir ini kasus bullying semakin marak, terutama di kalangan anak sekolah. Sebagai orangtua yang memiliki anak yang sudah bersekolah tentu khawatir ia juga mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan dari teman-temannya. Meskipun ia masih duduk di Taman Kanak-Kanak, tetap tidak menutup kemungkinan terjadi tindakan bullying di sekolah. Ternyata memang benar adanya. Anakku pernah di bully oleh teman-temannya di sekolah dan dari anak-anak di lingkungan sekitar yang usianya lebih tua dari anakku. Orangtua manapun pasti meradang bila melihat anak kesayangannya mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari teman-temannya. Begitupun dengan diriku. Sehingga pada akhirnya aku menemukan cara yang lumayan ampuh agar anakku tidak dibully lagi oleh teman-temannya. Karena sebagai orangtua tentu tidak bisa menemani anak terus-menerus. Apalagi ketika anak sudah bersekolah. Yang bisa kita lakukan adalah membekali mereka cara untuk terhindar dari bullying entah di lingkungan sekitar atau di sekolah.

MENGHINDAR
Menghindar disini maksudnya menghindari anak-anak yang suka membully. Sebisa mungkin tidak berkumpul dengan mereka. Aku selalu memberi pengertian ke anak bahwa teman-teman yang suka mengejek atau memukul itu berarti teman yang kurang baik. Sementara menjauhi mereka sampai mereka sudah menjadi teman yang baik. Dengan selalu mengajak diskusi anak tentang tipe teman yang baik dan tidak, teman seperti apa yang bisa diajak bermain bersama, membuat anak lebih mawas diri. Dia bisa menentukan sendiri teman seperti apa yang bisa diajak bermain bersama. Bukan tidak memperbolehkan bergaul dengan siapapun tapi lebih memberi filter. Disini cara bermain anak-anak cenderung kasar, khas ala suroboyoan lah. Jadi jika tidak pandai-pandai memilih teman bermain yang tepat maka efeknya ke anak kita sendiri. Anak adalah peniru ulung, tak hanya pandai copy paste tingkah polah orangtua di dalam rumah tapi juga fasih meniru perilaku teman-teman sebayanya. 

Pernah suatu waktu aku dan suami memutuskan "mensterilkan" si sulung karena dirasa terlalu banyak terkontaminasi oleh perilaku teman-teman bermainnya. Ketika dilihat tidak bagus untuk perkembangan anak terutama kaitannya dengan akhlak. Sehingga menghindar sementara adalah cara jitu. Apalagi kalau sudah berkaitan dengan bully. Kita sebagai orangtua tidak ingin anak menjadi korban bully atau malah menjadi pelaku bullying seperti teman-temannya. 

BERTAHAN 
Jika tidak ingin menghindari anak-anak pelaku bullying atau situasi tidak memungkinkan untuk menghindar, maka pilihannya adalah bertahan. Bertahan disini maksudnya tetap bergaul dengan mereka tapi ada beberapa penegasan. Bila kita tidak bisa mengendalikan anak lain setidaknya kita bisa mengondisikan anak kita sendiri. Caranya bekali anak dengan kepercayaan diri. Percaya diri untuk mengatakan dengan tegas pada teman-temannya bahwa tidak akan bermain bersama bila temannya suka mengejek atau memukulnya. Ini lumayan efektif untuk anakku. Ia dengan tegas protes ke teman bermainnya yang suka membully. Ia memberi pilihan bermain bersama tanpa ada bullying atau ia tidak akan bermain bersama mereka. 

Untuk kasus bullying verbal seperti mengejek atau mengolok-olok, aku memberikan satu tips kepada anakku lewat cerita "Si Katak Tuli" yang tetap bisa melompat ke atas dari jurang yang dalam karena tidak mendengarkan ejekan teman sesama katak. Cerita tersebut tertanam kuat dalam diri anakku dan bisa membuat ia bertahan dari ejekan teman-temannya. Yang namanya anak-anak, apapun bisa jadi bahan olokan. Kulitmu yang hitam, tasmu yang jelek, gambarmu yang jelek dan masih banyak lagi. Dulu anakku selalu menangis kalau diolok-olok temannya. Namun sekarang ia kebal setelah tahu cerita Si Katak Tuli dari bunda dan mempraktekkan dengan menutup telinga jika ada teman-teman yang mengolok-olok.

Sedangkan untuk bertahan dari bullying fisik, aku menumbuhkan kepercayaan diri si sulung dengan mengikutkan kelas Taekwondo Kids. Belajar ketahanan fisik, belajar reflek menangkis bila tiba-tiba mendapat perlakuan kasar dari teman-teman bermainnya di lingkungan rumah atapun di sekolah. Namun tetap dengan satu prinsip yang aku ajarkan, yaitu tidak boleh memukul duluan. Ia boleh melakukannya kalau kondisi terjepit untuk membela diri. Pergaulan anak-anak kota itu keras, meskipun masih level TK. Si sulung pernah terjatuh dan memar-memar karena didorong teman di sekolah ke bak sampah. Saat itu dia belum menguasai reflek bertahan. Sehingga yang ia lakukan hanya menangis. Tapi sekarang ia tahu bagaimana cara bertahan saat mendapat perlakuan kasar temannya. 

Ini tips jitu menghindari bulyying pada anak ala Bunda Agha. Bila temen-temen pengen tanya seputar bullying itu seperti apa di Luar Negeri sana khususnya di daerah Timur Tengah, bisa nih tanyain langsung ke mbak AYU yang lagi stay disana. Meluncur aja ke blog mbak Ayu Tanimoto


2 comments

  1. Makasih tips-nya mbak. Kebetulan banget anakku baru aja cerita kalau dia suka diledekin sama beberapa temannya di sekolah.

    ReplyDelete