Kompakan Sakit
Setiap orang pasti ingin semua rencana yang dibuat bisa terealisasi. Begitu juga dengan keluarga kecilku. Bisa menjalankan puasa Ramadhan tanpa hambatan dan kemudian mudik ke kampung halaman suami. Akan tetapi rencana tersebut tidak berjalan mulus. Dua minggu sebelum lebaran si sulung Agha sakit. Ia tiba-tiba demam tinggi, kemudian disusul dengan batuk dan pilek. Namun di hari ke-7 ia sembuh. Namanya sakit yang disebabkan virus, maka anggota keluarga lainnya yang kebetulan ketahanan tubuhnya sedang tidak bagus tertular. Bunda dan si adek Gia sakit dalam waktu bersamaan. Agak galau meski sakitnya tergolong ringan, yaitu demam, batuk, dan pilek. Sakit datang diwaktu yang tidak tepat karena acara mudik ke kampung halaman tinggal menghitung hari. Ketika badan bunda dan si adek sudah mulai enakan, tiba-tiba H-3 lebaran si ayah ikutan sakit. Kalau sakitnya ayah kali ini karena capek yang menumpuk kayaknya.
Mudik Yang Tertunda
Lebaran kali ini benar-benar beda. Di saat tetangga satu persatu berpamitan untuk pulang kampung, aku masih berjibaku dengan obat. Mengobati diri sendiri yang masih belum pulih sepenuhnya, memberikan obat ke si adek, dan memanstikan ayah minum obat yang telat dibelinya. Tak lupa juga dengan berbotol-botol minuman tinggi vitamin C dengan harapan stamina segera pulih. Kalau biasanya aku memilih menggunakan racikan herbal seperti sari kurma, madu, lemon, atau kayu manis untuk memulihkan sakit anggota keluarga, kali ini aku membeli obat-obatan di apotik. Berharap obat-obatan tersebut memberikan efek sembuh instan. Karena kita ingin segera mudik, keluarga di kampung halaman sudah menanti. Namun ternyata aku harus berdamai dengan keadaan. Di malam takbiran pun si ayah belum pulih. Suhu badannya masih belum stabil. Rencana mudik di malam takbiran tidak terealisasi. Aku dan keluarga kecilku terpaksa berlebaran di perantauan. Sesuatu yang belum pernah kita alami selama ini. Jangan ditanya gimana rasanya berlebaran di tanah perantauan. Pastilah sedih, apalagi saat takbir berkumandang. Rasanya nyesek banget. Biasanya kita sudah berkcengkrama di teras rumah mbahkung sambil menyalakan kembang api. Tapi kali ini kita hanya bisa mendengar suara takbiran sayup-sayup dari Masjid perumahan dan memilih tidur lebih awal. Berharap esok hari seisi rumah benar-benar sembuh. Alhamdulillah di hari H semua sudah sembuh. Namun kita baru bisa mudik ke Jombang H+2. Itupun menunggu jemputan adek dari pulau madura.
Tak Ada Masakan Ibu
Hal lain yang membuat lebaran kali ini bukan lebaran biasa adalah tidak ada masakan Ibu. Baik ibuku sendiri maupun ibu mertua. Padahal setiap mudik yang dikangeni adalah masakan spesial buatan tangan ibu. Entah kenapa sesederhana apapun masakan ibu, tetap terasa enak. Namun kali ini kita harus puas dengan masakan abang-abang penjual dari seberang desa. Ibu mertua yang jago masak sekarang hanya bisa terbaring di tempat tidur karena sakit. Dan ibuku sendiri, untuk lebaran kali ini memilih tidak pulang ke Jawa dengan beberapa alasan yang harus kita maklumi. Jadi lebaran kali ini bukan lebaran biasa. Ah nulis ini jadi melow. Semoga kedua ibuku panjang umur.
Eh tapi ada satu hal yang bikin spesial. Ternyata kebahagiaan datang setelah usai lebaran. Karena aku bisa kenal lebih dekat teman-teman baru. Teman-teman sesama blogger dalam sebuah komunitas namanya Belajar Blogging. Salah satu teman yang menurutku keren adalah mbak Ikke. Di tengah-tengah kesibukannya sebagai workingmom, ia masih sempat aktif di dunia blogging. Bahkan katagori blogger yang rajin ikut event.
Semoga semua yang sakit benar-benar segera dipulihkan ya. Salam kenal.
ReplyDeleteaamiin makasih mbak,salam kenal juga
Deletesudah 2 terakhir ini saya tidak merayakan lebaran seperti biasanya. Sedih juga, sih. Semoga yang sakit segera diberi kesembuhan, ya. Aamiin
ReplyDeleteaamiin terimakasih..
DeleteMasakan ibu emang paling enak dan dirindukan.Saya terakhir merasakan masakan Ibu itu 17th lalu waktu dia masih hidu.
ReplyDeleteduh sudah lamaa sekali ya mbak
DeleteAamiin
ReplyDeleteSemoga yang sakit cepat sembuh dan lebarannya tetap bermakna. Tak mudik saat ini pasti ada hikmahnya.
ReplyDeleteiya teh, ada hikmah dibalik setiap kejadian.
DeleteBetul sekali, kalau kita menjadi orang kaya, dalam artian memiliki orangtua, baik itu ibu atau ibu mertua, rasanya hidup ini, gimanaa...gitu. Tapi ketika keadaan mereka dalam keadaan sakit dan absen pulang kampung, tentu saja perasaan sepi mendera hati. Semoga saja yang sakit cepat pulih, dan ibu yang tidak pulang mudik, dadakan memberi kejutan, pulang dan memeluk dekcrayon dengan erat. Aamiin.
ReplyDeleteaamiin. sudah akut kangen ibuk..
DeleteLebaran tahun ini. Alhamdulillah pada ngumpul semua
ReplyDeleteBetapa sedihnya mbak.. Kmrn sblm hari H anak sulungku sakit demam batpil cepet2 pake obat yg biasanya.. Lalu gantian bunda dan ayah yg sakit tp tetap diterjang lebarannya. Akhirnya selesai lebaran kami roboh semua.. Tapi sebagai bunda dirumah lgsg berusaha sekuat tenaga tetap menjalankan aktivitas dan mencari obat yg bisa membantu memulihkan.. Mungkin jalan yg terbaik mbak tata kmrn seperti itu, drpd pada roboh semua mbak😘 Syukur alhamdulillah ternyata saya termasuk di dalam kelompok mbak Tata.. Semoga kita bs saling support ya..
ReplyDelete