Bukan Lebaran Biasa

Alhamdulillah kita masih bertemu dengan hari nan fitri. Lebaran kali ini berbeda dengan lebaran tahun-tahun sebelumnya. Tahun ini aku memutuskan mudik ke rumah orang tuaku terlebih dahulu di Pare-Kediri. Dua tahun sebelumnya selalu berlebaran di kampung halaman suami. Mudik ke pare itu rasanya senang bercampur sedih. Suasana lebaran di Pare selalu ramai. Posisi rumah orang tua yang berada di pinggir jalan raya selalu dilewati pawai takbir keliling baik pawai anak-anak kecil dari mushola di dekat rumah maupun rombongan takbir keliling yang berasal dari desa-desa sebelah yang menggunakan mobil pick up. Suasana meriah seperti pawai agustusan, musik-musik yang mengiringi takbir keliling terkadang diselingi dengan musik dangdut koplo. Sedikit miris memang, kenapa nuansa sakral gema takbir lebaran harus disertai dengan dentuman musik dangdut. Rombongan takbir keliling yang menggunakan pick up atau truk-truk besar  hingga menjelang dini hari masih banyak yang lewat. Jadi, sangat mustahil bisa tidur nyenyak di malam lebaran. 



Lebaran kali ini aku juga bisa bertemu dengan banyak saudara karena para sepupu yang merantau ke luar negeri pulang bersamaan pada tahun ini. Senang rasanya bisa berkumpul dengan saudara yang bertahun-tahun tidak berjumpa. Kita bisa bertukar cerita bahkan mengenang masa kecil yang indah hingga larut malam di rumah nenek. Sesuatu yang tidak bisa dilakukan pada lebaran tahun-tahun sebelumnya. Selain karena formasi para sepupu yang tidak lengkap, padatnya kesibukan masing-masing juga menjadi faktor banyak sepupu tidak bisa berkumpul di tempat dan waktu yang sama seperti lebaran kali ini.

BACA JUGA : Kesibukan Anak Rantau Menjelang Lebaran

Ngomongin formasi, sebenarnya ada satu hal yang mengurangi kebahagiaan lebaran tahun ini. Tidak adanya bapak ibu di rumah membuat suasana lebaran di rumah Pare terasa berbeda. Ada rasa sesak di dada karena mendapati kenyataan bapak ibu masih di rumah perantauan Palembang. Aku dan keempat adikku melewatkan momen  sungkem kepada kedua orang tua pada lebaran pertama. Kita harus puas bermaaf-maafan hanya melalui sambungan seluler saja. Jika pada umumnya seorang anak yang berhalangan mudik ke rumah orang tuanya karena suatu hal, kondisi berbeda dengan keluargaku. Justru bapak ibu yang tidak bisa mudik ke Jawa pada lebaran tahun ini. Ada beberapa urusan yang tidak bisa diwakilkan kepada orang lain. Sedih rasanya ketika aku dan adik-adik berkumpul di rumah orang tua tapi malah kedua orang tua tidak ada di rumah. Agar tidak larut dalam kesedihan lebaran tanpa kedua orang tua, aku dan keempat adikku sepakat untuk selalu kompak, kita berangkat silaturahmi ke rumah saudara dan tetangga secara bersama-sama. Kita mau menunjukkan bahwa tanpa kedua orang tua, kita tetap akur dan bisa menjalankan tradisi yang dilakukan bapak ibu berkeliling ke rumah tetua seperti ke rumah budhe-budhe dan para sepupu yang lebih tua.

Berkunjung ke rumah sepupu yang lebih tua

Lebaran kali ini benar-benar bukan lebaran biasa buatku. Aku menjadi lebih dekat dengan ke empat adikku walaupun di rumah tidak ada bapak ibu. Kita Saling bekerjasama membersihkan rumah dan bahu-membahu mempersiapkan printilan lebaran di rumah orang tua. Ketika ada bapak ibu, persiapan lebaran biasanya hanya dilakukan oleh mereka berdua saja. Kita para anak sibuk sendiri dengan urusan masing-masing. Aku dan adik-adik juga punya banyak waktu untuk berkumpul dan saling berbagi cerita di ruang keluarga. Lebaran kali ini juga menjadi lebaran spesial karena hadirnya keponakan baru, adik ipar melahirkan anak cowok dua hari menjelang lebaran. Hadirnya anggota keluarga baru tentu menambah kebahagiaan lebaran tahun ini. Allah tahu cara menghibur kesedihanku yang tidak bisa berkumpul bersama bapak ibu pada lebaran kali ini dengan banyak kebahagiaan kecil yang berturut-turut.
Selalu kompak bersama adik-adik


Keponakan baru


BACA JUGA : Cinta Lelaki di Seberang Pulau

1 comment

  1. Wah serunya ada ponakan baru ya, Mbak. Jadi makin rame. Kalau dilihat Salfa pasti disuruhnya saya ambil adek bayinya bawa pulang, haha

    ReplyDelete