Kreatif Tak Mengenal Kata Malu

Kreatif itu identik dengan hasil kerajinan tangan. Aku sendiri saat mendengar kata kreatif pasti langsung terbayang karya apa yang dihasilkan dari tangannya. Saat SMA aku selalu kagum dengan teman yang bisa menggambar bagus sekali. Setiap dapat tugas menggambar dengan media apapun, pasti hasilnya memukau. Terkadang aku meminta tolong dia untuk menggambar untukku. Karena aku sudah putus asa dengan hasil karyaku sendiri. Pun juga dengan teman lain yang pandai membuat kerajinan tangan berupa bros dan sejenisnya. Aku selalu terpana dibuatnya. Karena otakku tak mampu menjangkaunya. Kenapa bisa sebagus itu, kenapa bisa bentuknya lucu, dan masih banyak pertanyaan yang tak mampu dipecahkan oleh otakku. Konon katanya orang-orang yang dominan otak kanan memang lebih pandai dalam hal kreativitas. Namun tidak menyukai hal-hal yang melibatkan otak kiri seperti belajar banyak teori di dalam kelas. Begitu juga sebaliknya, anak-anak yang lebih dominan otak kiri lebih suka dengan tumpukan pelajaran teori dari pada harus menciptakan sebuah karya kerajinan tangan. Entahlah benar atau tidak anggapan tersebut. Namun yang pasti aku masuk katagori anak-anak yang dominan menggunakan otak kiri. Sehingga selalu mati kutu kalau mendapat tugas yang berkaitan dengan menggambar, menyulam, dan kerajianan tangan lainnya. 

Pemikiranku tentang kreatif sedikit berubah sejak seorang guru Bahasa Indonesia yang mengajar di kelas 2 SMA mengatakan bahwa aku kreatif. Kreatif yang dimaksud beliau adalah aku mampu berfikir yang tak umum alias out of the box. Apa yang aku lakukan saat ujian praktek Bahasa Indonesia mungkin tak pernah terfikir oleh teman-temanku (horee...akhirnya ada yang mengatakan aku kreatif ). Ketika teman-teman lain membaca puisi atau menyanyi saat Praktek Bahasa Indonesia di akhir semester, aku memilih seni peran. Tak tanggung-tanggung aku memilih berperan menjadi orang gila. Dengan bekal yang aku peroleh di ekskul teater, aku membuang semua rasa malu demi sebuah ujian praktek. Bisa dibayangkan sendiri bagaimana reaksi teman-temanku. Namun totalitasku berbuah manis. Sebuah angka sempurna nangkring di buku raporku. Wow nilai Bahasa Indonesia di Rapor semesteranku 10. Angka yang fantastis yang diberikan guru karena beliau puas dengan aktingku. 

Hal kreatif yang lain pun pernah aku lakukan. Yang ini murni aku anggap kreatif. Demi ingin punya uang jajan lebih dan pengen nyoba berbagai macam produk perawatan kulit, aku pernah menjadi seorang makelar Handphone. Aku menhubungkan teman yang ingin menjual HP dan teman yang ingin memiliki HP namun tak harus HP baru. Berbekal kepercayaan dari pemilik HP, aku membawa HP kepada calon pembeli. Dengan penuh percaya diri juga menjelaskan spesifikasi dan kondisi fisik HP yang akan dibeli oleh calon pembeli. Transaksi pun berhasil. Aku berhasil menjual HP bermodal kepercayaan dan bahasa marketing yang berbusa-busa. Keuntunganku saat itu kisaran 50-100ribu. Nominal yang besar untuk anak sekolah. Apalagi dalam sebulan beberapa transaksi berhasil aku lakukan. Itu artinya aku bisa nongkrong di cafe atau belanja berbagai macam kosmetik yang ingin aku coba tanpa meminta uang tambahan dari ibu. Aku pun akhirnya terkenal dengan makelar HP di sekolah. Selalu diburu teman-teman yang ingin menjual atau mencari HP baru. Bakat marketing inilah yang suatu saat membawaku pernah merasakan profesi Telemarketing di Sebuah perusahaan yang bekerjasama dengan perbankan. 


Kreatif tak mengenal kata malu. Seperti yang aku lakukan. Jika aku malu untuk melakukan hal yang beda dengan teman-temanku, maka aku akan melakukan sama dengan apa yang dilakukan oleh orang lain. Pun juga menjadi makelar di usia sekolah. Bila aku malu, maka tak ada tambahan uang jajan dan aku tak bisa melakukan eksperimen dengan banyak kosmetik karena aku tak punya uang saku lebih.

4 comments

  1. Alhamdulillah ada yg masih bilang kreatif...

    ReplyDelete
  2. Wah...keren banget mba...harusnya diperdalam lg mba...seni perannya,pasti jd artis deh skrng 😂

    ReplyDelete
  3. horeeee...kreatif banget *demi ujian praktek

    bener banget deh kalo kita malu2 kucing mah ga akan maju yaa

    ReplyDelete
  4. Yap! menjadi kreatif itu berani berkreasi dan jadi beda dari hal umumnya. kreativitas itu juga bisa diasah loh mbak.

    ReplyDelete